banner lampungmonitor

Hilangnya Magis Guardiola: Faktor Pemain atau Gejolak Pribadi?

IMG-20250203-WA0012
Banner-Panjang

Oleh : Sudibyo 

Pep Guardiola dikenal sebagai salah satu manajer paling jenius di dunia sepak bola. Permainan indah, dominasi penguasaan bola, dan taktik revolusionernya telah mengubah Manchester City menjadi kekuatan yang hampir tak tertandingi. Namun, belakangan ini, tanda-tanda penurunan mulai terlihat. City yang biasanya tampil superior, kini lebih sering kehilangan poin, bahkan menunjukkan performa yang kurang menggigit dibanding musim-musim sebelumnya.

Banyak yang berpendapat bahwa penurunan ini berkaitan dengan kualitas pemain yang mulai menurun. Beberapa pilar utama seperti Kevin De Bruyne sempat cedera, sementara nama-nama baru seperti Omar Marmoush atau Nico Gonzalez belum benar-benar menggantikan peran yang ditinggalkan para pendahulunya. Namun, ada satu faktor lain yang mungkin luput dari perhatian: kehidupan pribadi Guardiola.

Guardiola baru saja mengalami perceraian setelah lebih dari 30 tahun bersama istrinya, Cristina Serra. Meski banyak yang menganggap kehidupan pribadi tidak selalu berpengaruh pada performa profesional, nyatanya, emosi dan stabilitas mental seseorang sering kali berakar dari kehidupan pribadinya. Seorang pelatih bukan hanya sekadar penyusun strategi, tetapi juga pemimpin, motivator, dan sosok yang harus terus berpikir jernih dalam tekanan luar biasa.

Dalam sepak bola, banyak contoh di mana gejolak pribadi berdampak pada performa di lapangan. José Mourinho pernah mengalami periode sulit setelah perceraian, begitu juga dengan Antonio Conte yang tampak kurang bersemangat setelah menghadapi berbagai masalah pribadi. Bagi Guardiola, kehilangan sosok yang telah mendampinginya selama lebih dari tiga dekade tentu bukan perkara kecil.

Mungkin ini hanya cocokologi, tapi ada alasan kuat mengapa kestabilan emosi seorang pria sering kali berakar dari dukungan pasangan. Seorang istri bukan hanya sekadar pendamping, tetapi juga tempat berlabuh, tempat berbagi beban, dan dalam kasus Guardiola, mungkin juga sosok yang membantunya tetap tenang di tengah tekanan kompetisi sepak bola modern.

Tentu, hanya Guardiola sendiri yang tahu apakah perceraian ini benar-benar memengaruhi pekerjaannya. Tapi jika kita melihat dari sisi psikologis, bukan tidak mungkin bahwa hilangnya “magis” Guardiola saat ini bukan hanya soal pemain atau taktik, tetapi juga tentang sesuatu yang jauh lebih personal.

TAG :

REKOMENDASI UNTUK ANDA

TERKINI LAINNYA