banner lampungmonitor

Babad Diponegoro Part 1 : Kisah Syarif Rahmat dan Syarif Rahman 

Oplus_131072
Oplus_131072
Banner-Panjang

Berawal dari kisah Prabu Brawijaya IV, raja Majapahit. Dikisahkan bahwa 

sewaktu Prabu Brawijaya berkuasa, tanah Jawa mengalami kemakmuran. Tidak 

ada musuh bernyali menyerang raja yang tersohor berkat kebijakan serta 

keadilannya. Sementara, Prabu Brawijaya masih memeluk agama Buddha.

Istri Prabu Brawijaya sangat cantik rupawan. Ia bernama Ratu Darawati 

yang berasal negeri Cempa. Dari benih Prabu Brawijaya, Darawati memiliki 

seorang putra bernama Raden Jaran Penoleh. Oleh raja, putranya itu diwismakan 

di Madura. Sementara, putranya yang lahir dari Larasati bernama Arya Dilah atau 

Arya Damar. Ia ditempatkan di Palembang. 

Jalinan kekerabatan Majapahit dan Cempa semakin erat, sewaktu adik 

Prabu Brawijaya bernama Dyah Sujinah menikah dengan Syarif Ibrahim dari 

Cempa. Perkawinannya dengan Dyah Sujinah, Syarif Ibrahim memiliki dua orang 

putra yakni Syarif Rahmat dan Syarif Rahman.

 

Semula Syarif Ibrahim datang di Majapahit untuk melakukan syiar Islam. 

Sekian lama kembali ke Cempa, ia memerintahkan kepada Syarif Rahmat dan 

Syarif Rahman untuk datang ke Majapahit. Mereka diminta oleh ayahnya untuk 

melanjutkan tugasnya sebagai dai Islam. 

Sesudah diterima pengabdiannya oleh Prabu Brawijaya, Syarif Rahmat 

dan Syarif Rahman mendapatkan anugerah nama. Syarif Rahmat mendapat 

anugerah nama Sunan Makdum. Karena tinggal di Ampel, Sunan Makdum 

dikenal dengan nama Sunan Ampel. 

Sementara Syarif Ratman yang mendapat anugerah nama Sunan Iskak dari 

Prabu Brawijaya itu tinggal di Giri. Kelak, Sunan Iskak dikenal dengan nama 

Sunan Giri I. Selama tinggal di Majapahit, keduanya berhasil meng-Islam-kan 

Ratu Darawati. Sementara, Prabu Brawijaya tetap memeluk agama Buddha.

Oleh Prabu Brawijaya, Sunan Ampel dinikahkan dengan putrinya. Dari 

perkawinannya dengan putri Brawijaya, Sunan Ampel memiliki tiga orang putra 

yakni Sunan Ngudung, Sunang Bonang, dan Sunan Gunungjati. Sunan Gunungjati 

inilah yang diminta oleh Sunan Ampel untuk pergi ke Cempa. Tak ada tugas yang 

akan diemban oleh Sunan Gunungjati selain memersiapkan pusaka negara. 

Selain memiliki tiga putra, Sunan Ampel memungut putra Sunan Iskak 

yang telah yatim piatu. Karena Sunan Iskak meninggal sewaktu istrinya tengah 

mengandung. Istri Sunan Iskak pun meninggal sesudah melahirkan bayinya yang 

diberi pusaka nama Raden Satmata. Kelak Raden Satmata yang dikenal dengan 

Sunan Giri II itu dinikahkan dengan putri Sunan Ampel bernama Nyai Gung Grisik.

 

 

Ditulis Oleh : Sri Wintala Achmad

TAG :

REKOMENDASI UNTUK ANDA

TERKINI LAINNYA