PRABU Brawijaya mengangkat Arya Teja sebagai adipati di Tuban. Dari Arya Teja, lahirlah Raden Sahid (kelak dikenal dengan Sunan Kalijaga) dan Dewi Rasawulan. Berbeda dengan adiknya, Raden Sahid sangat dikenal sebagai anak nakal dan bengal.
Agar tidak diketahui oleh setiap orang, Raden Sahid yang tinggal di dalam hutan itu melakukan tapa ngidang. Tidak ada pekerjaan yang dilakukan oleh Raden Sahid, selain menjadi begal. Ia mencelakai dan membunuh setiap orang yang berani melewati hutan itu sesudah merampas harta bendanya.
Suatu waktu, Sunan Bonang yang dikawal dua pengiringnya melewati hutan di mana Raden Sahid berada. Sunan Bonang dihadangnya. Ketika melihat Raden Sahid, Sunan Bonang yang mengenakan baju dan sorban, serta membawa sisir dan cundrik emas itu hanya tersenyum ramah.
Raden Sahid yang berdalih ingin menjadi santri Sunan Bonang meminta baju, sorban, sisir, dan cundriknya. “Hei, orang tua. Aku bersedia menjadi santrimu, asalkan kau memberikan cis, pakaian, dan serbanmu itu.”
“Kalau kau hanya menginginkan segala apa yang bersifat duniawi, jangan meminta apa yang aku miliki. Di belakangmu itu, ada pohon aren berbuah kolangkaling berwujud butiran emas, merah delima, intan, dan zamrud,” ujar Sunan Bonang dengan tenang. “Lihatlah! Ambillah semua bila kau mau!”
Raden Sahid membalikkan badannya. Ketika menatap pohon aren itu, rontoklah seluruh buah kolang-kaling yang berupa butiran emas, merah delima, intan, dan zamrud. Ia takjub dan tak mampu mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya. Dengan serta merta, ia bersimpuh di hadapan Sunan Bonang. Mencium lututnya. Menyatakan dengan setulus hati untuk menjadi santrinya.
Sunan Bonang bersedia menjadi guru Raden Sahid. Tidak ada syarat apapun untuk menjadi muridnya, selain Raden Sahid harus melaksanakan laku batin. Dikubur hidup-hidup di bawah pohon beringin di hutan itu.
Karena tekatnya sudah bulat untuk menjadi murid Sunan Bonang, Raden Sahid bersedia dikubur hidup-hidup. Sesudah mengubur Raden Sahid dengan dibantu dua pengiringnya, Sunan Bonang melanjutkan perjalanan. Meninggalkan kuburan Raden Sahid di hutan itu.