SUDAH sekian lama Dyah Rarasasi (putri Sunan Ampel) bertapa telanjang di tengah hutan. Selama bertapa, ia tak pernah membasuh sekujur tubuhnya. Sesudah bertapa, ia turun ke sendang yang terletak di bawah pohon asam. Berendam. Membersihkan tubuhnya yang dekil berlapiskan debu.
Menyaksikan Dyah Rarasasi mandi telanjang di sendang, Syarif Maulana Maghribi meneteslah air kelakiannya, merasuk ke dalam guwa garba Dyah Rarasasi. Hingga suatu saat, Dyah Rarasasi merasa seperti telah mati. Perutnya semakin lama semakin mengembang. Dalam rasa ngungun, Dyah Rarasasi berkata dalam hati, “Ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku seperti ini? Apakah ada seseorang yang bisa aku tanyai? Betapa aku tak tahu apa yang terjadi dengan diriku ini.”
Ketika menengadahkan wajahnya ke langit, Dyah Rarasasi melihat seorang lelaki tua berjenggot putih yang berdiri di atas pohon asam. Dyah Rarasasi sangat malu ketika lelaki tua itu menyaksikan tubuhnya yang tak terlindungi seutas benang. Dengan penuh rasa malu berbaur rasa marah, Dyah Rarasasi bertanya dengan lantang, “Hei, kau itu orang apa? Kenapa kau bertengger di pohon asam? Bukankah kau yang mencelakaiku hingga aku mengandung? Tak terima aku. Tak ada lelaki lain yang mencelakaiku selain dirimu. Turunlah kau dari pohon asam!”Syarif Maulana Maghribi turun dari pohon. Mendekati Dyah Rarasasi dan berkata, “Benar, Dyah Ayu. Bisa jadi kau mengandung karena benihku. Namun aku tak melakukan saresmi dengan dirimu. Memang. Aku tak kuasa mengendalikan berahiku saat melihatmu mandi tak terlindung seutas benang. Air kelakianku menetes ke sendang.”
“Dasar orang tua tak tahu diri. Jenggotmu sudah memutih semua. Tak terima aku atas perbuatan bejatmu itu. Aku meminta pertanggungjawabanmu.
Hilangkan janin dalam rahimku! Pulihkan diriku seperti sedia kala! Segera!”“Sabar, Dyah Ayu!” Syarif Maulana Maghribi meredam amarah Dyah Rarasasi. “Ketahulah! Kelakianku ini sudah tak mampu setegak dan seperkasa lingga. Hingga aku tak bisa dikatakan lelaki atau perempuan. Bagaimana aku sengaja membuatmu mengandung seperti sekarang ini?”
Mendengar penuturan Syarif Maulana Maghribi, Dyah Rarasari menyesal atas kemarahannya. Ia duduk bersimpuh di hadapan lelaki tua itu. “Ampunilah atas kemarahanku kepadamu!”
“Aku sudah memaafkanku sebelum kau meminta maaf, Dyah Ayu.” Syarif Maulana Maghribi menjawab tenang penuh wibawa. “Sekarang bangkitlah!”Dengan dibimbing Syarif Maulana Maghribi, Dyah Rarasasi berdiri pelanpelan. “Lantas bagaimana dengan bayi yang aku kandung ini? Betapa malu bila banyak orang tahu, aku mengandung tanpa suami. Aku mohon dengan sangat kepadamu! Pulihkan aku seperti sedia kala!”
“Aku tak bisa, Dyah Ayu. Itu sudah kehendak Allah,” tegas Syarif Maulana Maghribi. “Namun bila Allah mengizinkan, aku bisa membantumu untuk melahirkan bayi itu dari dalam guwa garba-mu.”
Baiklah! Lakukan segera!”
“Balikkan badanmu! Pejamkan kedua matamu rapat-rapat!”
Dyah Rarasasi melaksanakan perintah Syarif Maulana Maghribi.
Usai melafalkan doa, Maulana Maghgribi mengusap punggung sampai ke pinggang Dyah Rarasasi. Berkat kuasa Allah, sang pencipta seluruh makhluk di di semesta raya, lahirlah si jabang bayi dari dalam guwa garba Rarasasi. Tangis bayi itu sontak memecah kesenyapan di tengah hutan.
“Bagaimana dengan bayi ini?” tanya Dyah Rarasasi kepada Syarif
Maulana Maghribi. “Tak mungkin aku membawa dan merawatnya. Bagaimana kata orang nanti, bila aku merawat bayi tanpa seorang suami.”
“Jangan khawatir, Dyah Ayu! Datanglah ke desa Tarub. Di sana ada sepasang suami-istri yang sekian tahun belum memiliki putra. Titipkan bayimu itu kepada Ki Ageng Tarub (Ki Ageng Tarub I) dan istrinya! Mereka akan senang menerima dan merawat bayimu.”Tanpa menunggu bergantinya waktu, Dyah Rarasasi meninggalkan hutan itu. Pergi ke desa Tarub. Setiba di tujuan, ia menyerahkan bayinya kepada Ki Ageng Tarub yang belum dikaruniai putra. Menerima bayi dari Dyah Rarasasi, Ki Ageng Tarub sangat berbahagia hatinya. Oleh Ki Ageng Tarub, bayi itu diberi pusaka nama Raden Kidang Tlangkas. Karena tinggal di desa Tarub, kelak Kidang Tlangkas dikenal dengan nama Jaka Tarub.