Oleh : Sudibyo
Banjir di Bandar Lampung kini tak lagi sekadar peristiwa musiman yang menggenangi jalanan atau halaman rumah. Lebih dari itu, banjir sudah merenggut korban jiwa dan meninggalkan luka mendalam bagi warga yang terdampak. Air yang dulunya sumber kehidupan, kini berubah menjadi sumber ketakutan.
Warga tentu sangat wajar bila mengeluh. Trauma yang mereka alami bukan hanya soal kerugian harta benda, tetapi juga rasa aman yang direnggut paksa oleh bencana yang seharusnya bisa diantisipasi. Karena itu, wajar pula jika kini muncul pertanyaan besar: apa solusi jangka panjang yang disiapkan pemerintah?
Berbagi sembako dan bantuan darurat memang penting sebagai bentuk empati. Tapi itu saja tidak cukup. Sudah saatnya ada upaya nyata untuk mencegah banjir, bukan hanya mengobati luka setelah bencana datang. Pengelolaan drainase yang serius, penghijauan kawasan hulu, serta pengendalian tata ruang kota adalah langkah-langkah yang harus diprioritaskan.
Banjir ini bukan sekadar masalah air yang meluap. Ini cermin dari masalah perencanaan kota, kepedulian lingkungan, dan keseriusan pengelolaan wilayah. Jika semua ini diabaikan, maka ke depan air akan terus menjadi momok, dan korban-korban baru hanya tinggal menunggu waktu.
Bandar Lampung membutuhkan lebih dari sekadar janji. Kota ini butuh solusi nyata agar warganya bisa kembali memandang air dengan rasa syukur, bukan dengan ketakutan.
Tabik Pun 🙏