Oleh Mulyono
Ketua Umum Bela Budaya Nusantara
Judi online bukan lagi sekadar soal pelanggaran hukum, tetapi sudah menjadi ancaman serius bagi moral dan budaya bangsa. Di balik layar ponsel yang tampak sepele, tersimpan kerusakan yang jauh lebih dalam, rusaknya nilai kerja keras, pudarnya semangat hidup bermartabat, dan terkikisnya jati diri generasi muda Indonesia.
Kita sedang berhadapan dengan pola pikir baru yang berbahaya budaya instan. Budaya yang mengajarkan bahwa kekayaan bisa didapat dari keberuntungan, bukan dari kerja keras dan ketekunan. Inilah titik rawan di mana karakter bangsa mulai digerus dari masyarakat yang produktif menjadi masyarakat yang spekulatif.
Padahal, hampir semua warisan budaya Nusantara justru mengajarkan nilai sebaliknya. Dalam adat Jawa, dikenal falsafah “ngeli ya aja nganti keli”, sabar dan waspada dalam menghadapi godaan hidup. Di tanah Bugis, siri’ na pacce adalah landasan hidup harga diri dan rasa malu mencegah seseorang melakukan hal yang merusak keluarga. Dalam budaya Batak, kehormatan keluarga di atas segalanya dan judi adalah noda yang memalukan dan dalam falsafah Lampung ada istilah “Sipa Tegak Sina Tenekhak, Sipa Anggu Sina Tenemu ” yang artinya apa yang kamu lakukan itu yang akan kamu rasakan, Nilai-nilai ini bukan sekadar tradisi, tapi benteng moral yang sudah mulai rapuh akibat gempuran judi online.
Kami di Bela Budaya Nusantara percaya bahwa gerakan budaya bukan hanya soal pelestarian seni dan adat istiadat. Lebih dari itu, ini adalah perjuangan untuk menjaga marwah dan akhlak bangsa. Kami menyerukan agar seluruh elemen masyarakat, terutama komunitas budaya dan pendidikan, ikut serta dalam melawan bahaya judi online melalui pendekatan budaya dengan edukasi, dengan teladan, dan dengan memperkuat nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tidak bisa menunggu negara sendirian menyelesaikan masalah ini. Rakyat harus bergerak. Bangsa ini besar karena menjunjung tinggi nilai-nilai. Dan bangsa ini hanya bisa selamat jika nilai-nilai itu tetap kita jaga bersama.
Budaya bukan sekadar warisan. Ia adalah benteng terakhir bangsa.