Kebiasaan yang Diulang, Budaya yang Hilang

1740031809589
Banner-Panjang

Oleh : Mulyono

(Ketua Umum Bela Budaya Nusantara)

 

Di tengah derasnya arus modernisasi dan kemajuan teknologi, kita melihat fenomena yang kian mengkhawatirkan: kebiasaan yang dilakukan terus menerus di tengah masyarakat, lambat laun dianggap sebagai sesuatu yang wajar bahkan dibenarkan. Padahal, jika ditilik dari nilai-nilai luhur budaya bangsa kita, kebiasaan itu bertentangan dengan norma, etika, dan tata krama yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Salah satu contohnya adalah maraknya unggahan di media sosial, khususnya dari kalangan perempuan, yang memamerkan tubuh dengan pakaian yang tidak pantas. Tak hanya itu, kemesraan suami istri yang semestinya menjadi ruang privat, kini dipertontonkan ke publik seolah menjadi ajang pembuktian cinta. Ini bukanlah bentuk kebebasan berekspresi yang sehat, melainkan gejala pergeseran nilai yang sangat mengkhawatirkan.

Tentu saja kita tidak bisa bicara soal hari ini saja. Kita juga harus berpikir jauh ke depan. Jika kondisi ini terus dibiarkan tanpa koreksi, bukan tidak mungkin bangsa kita akan mengalami perubahan peradaban. Dari bangsa yang dikenal santun, penuh adab, dan menjunjung tinggi nilai budaya, menjadi bangsa yang kehilangan arah, kehilangan rasa malu, dan kehilangan identitasnya sendiri.

Budaya bukanlah sekadar pakaian adat atau upacara tradisional. Budaya adalah cara kita hidup, berpikir, bersikap, dan menghormati sesama. Ketika nilai-nilai itu digeser oleh kebiasaan yang tidak sehat, maka yang hilang bukan hanya budaya, tetapi arah masa depan bangsa.

Sebagai Ketua Umum Bela Budaya Nusantara, saya mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama generasi muda, untuk tidak sekadar mengikuti arus. Kita harus mampu memilah mana yang pantas ditiru dan mana yang perlu ditinggalkan. Mari kita rawat dan hidupkan kembali nilai-nilai budaya luhur bangsa ini, agar tidak terkikis oleh kebiasaan yang menyesatkan.

Budaya bukan hanya soal warisan masa lalu, tetapi juga cerminan dari siapa kita hari ini dan penentu siapa kita di masa depan. Jangan sampai kita menjadi bangsa besar yang kehilangan jati dirinya hanya karena membiarkan kebiasaan buruk tumbuh menjadi kebudayaan.

TAG :

REKOMENDASI UNTUK ANDA

TERKINI LAINNYA