Saatnya Lampung Punya Aplikasi Ojol Sendiri

IMG-20250524-WA0225
Banner-Panjang

Oleh: Junaidi Ismail

(Koordinator Poros Wartawan Lampung)

 

DI TENGAH pesatnya perkembangan teknologi digital, transportasi daring atau ojek online (ojol) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat urban, termasuk di Provinsi Lampung. Namun di balik kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan oleh berbagai aplikasi ojol yang beroperasi saat ini, tersembunyi persoalan yang sering luput dari perhatian, ketimpangan sistem dan ketidakadilan yang dialami para driver.

Keluhan demi keluhan kerap terdengar dari para pengemudi ojol mulai dari potongan komisi yang besar, sistem insentif yang tidak transparan, hingga skema suspend atau pemblokiran akun yang sering dianggap sepihak dan merugikan. Para driver, yang menjadi tulang punggung operasional layanan, justru berada pada posisi paling lemah dalam ekosistem tersebut.

Oleh karena itu, sudah saatnya Pemerintah Provinsi Lampung menggagas dan membangun aplikasi ojol lokal, sebagai alternatif sekaligus solusi terhadap ketimpangan sistem yang terjadi selama ini. Dengan mengembangkan aplikasi sendiri dengan model koperasi atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) kita bisa menempatkan kepentingan driver dan konsumen secara lebih adil, transparan, dan manusiawi.

Aplikasi ojol lokal bukan hanya ide progresif, tetapi juga bentuk nyata dari kemandirian digital dan keberpihakan pada masyarakat. Bayangkan, jika saja dari setiap transaksi hanya 5-10% yang masuk sebagai pendapatan daerah atau koperasi driver, berapa banyak pendapatan baru yang bisa dihasilkan setiap bulan? Selain meningkatkan pendapatan driver, hal ini juga bisa membuka lapangan kerja di sektor digital, teknis, hingga pelayanan pelanggan.

Model aplikasi ojol lokal harus dibangun berdasarkan prinsip keadilan dan keberpihakan pada pekerja. Driver harus memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan apakah melalui forum koperasi, sistem voting internal, atau dewan pengawas independen. Sistem insentif harus transparan, potongan komisi harus wajar, dan tidak ada pemblokiran sepihak tanpa mekanisme pembelaan diri.

Dengan demikian, kita tidak hanya menciptakan aplikasi, tetapi juga ekosistem baru yang sehat, setara, dan berkelanjutan.

Kita sering terjebak dalam mitos bahwa hanya perusahaan besar nasional atau global yang bisa membangun dan mengelola teknologi. Padahal, potensi sumber daya manusia Lampung di bidang IT, desain aplikasi, dan manajemen digital cukup besar. Banyak startup lokal yang hanya butuh kesempatan dan dukungan. Dengan mengajak mereka terlibat dalam pembangunan aplikasi ojol lokal, kita tidak hanya menyelesaikan satu masalah, tetapi membuka banyak pintu kemajuan.

Membangun aplikasi ojol lokal adalah bagian dari upaya memperkuat kedaulatan digital daerah. Artinya, kita tidak terus-menerus bergantung pada korporasi besar yang keputusan bisnisnya tidak selalu berpihak pada rakyat kecil. Kita bisa mengatur sendiri, menentukan tarif yang adil, menyesuaikan kebijakan dengan kondisi lokal, dan memastikan keuntungan kembali kepada masyarakat.

Provinsi Lampung memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor dalam hal ini. Dengan dukungan politik yang kuat, kemauan birokrasi, serta partisipasi masyarakat, kita bisa menciptakan perubahan yang bukan hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial dan kultural.

Aplikasi ojol lokal bukan sekadar proyek teknologi, tetapi gerakan sosial untuk memperjuangkan keadilan digital. Kita ingin para driver diperlakukan setara, mendapatkan bagian yang layak, dan tidak terus-menerus menjadi korban dari sistem yang timpang. Kita ingin masyarakat mendapatkan layanan yang aman, murah, dan terpercaya.

Lampung bisa. Bahkan harus. Karena masa depan daerah ini tidak hanya ditentukan oleh kekayaan alam, tetapi juga oleh kemampuan kita menciptakan sistem yang adil bagi semua. 

TAG :

REKOMENDASI UNTUK ANDA

TERKINI LAINNYA