Oleh : Weni Oktasari S.Kom
(Ketua Bela Budaya Nusantara Pesawaran)
Hari Kartini bukan hanya perayaan sejarah, tetapi juga panggilan bagi perempuan masa kini untuk terus menggali, mencintai, dan menjaga jati diri bangsa melalui pelestarian budaya. Sebagai Ketua Bela Budaya Nusantara Pesawaran, saya, Weni Oktasari, S.Kom, memandang bahwa semangat perjuangan Raden Ajeng Kartini sangat relevan untuk diterapkan dalam konteks pelestarian budaya lokal di tengah gempuran arus globalisasi.
Kartini adalah sosok perempuan cerdas yang melawan keterbatasan dengan cara yang halus namun tajam melalui pikiran, tulisan, dan pendidikan. Ia tidak pernah melupakan akar identitasnya sebagai perempuan Jawa, sebagai bagian dari budaya nusantara yang luhur. Dari sinilah kita belajar bahwa perjuangan perempuan tidak hanya soal kesetaraan dalam pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga dalam menjaga nilai-nilai budaya agar tidak hilang ditelan zaman.
Perempuan Indonesia hari ini memiliki peran strategis dalam melestarikan budaya, baik sebagai ibu yang menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak, maupun sebagai pelaku seni, pengrajin, hingga pemimpin komunitas budaya. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa budaya lokal kerap kali diabaikan oleh generasi muda karena dianggap kuno atau tidak relevan. Di sinilah peran perempuan dibutuhkan: menjadi jembatan antara warisan leluhur dan semangat zaman modern.
Kita tidak boleh membiarkan budaya bangsa terkikis, karena dari situlah identitas kita berasal. Perempuan masa kini harus menjadi Kartini modern yang bangga memakai kain tradisional, yang dengan percaya diri melestarikan tarian daerah, bahasa daerah, makanan khas, dan kearifan lokal lainnya. Ini bukan sekadar soal romantisme budaya, melainkan bentuk nyata dari cinta tanah air.
Sebagai ketua komunitas yang bergerak di bidang pelestarian budaya, saya melihat potensi luar biasa dari perempuan-perempuan Indonesia khususnya di Lampung yang kreatif dan berani mengambil peran. Kita perlu memberikan ruang dan dukungan lebih kepada mereka agar dapat terus berkontribusi, baik dalam skala lokal maupun nasional. Pelestarian budaya harus menjadi gerakan bersama yang dimulai dari rumah, dari sekolah, hingga ke pemerintahan.
Hari Kartini adalah momen refleksi. Sudahkah kita, para perempuan Indonesia, meneruskan api semangat Kartini dengan membela dan merawat warisan budaya yang menjadi napas bangsa ini? Jika belum, inilah saatnya bangkit. Jadilah Kartini masa kini yang tidak hanya cerdas dan mandiri, tapi juga mencintai dan menjaga budaya sebagai bagian dari perjuangan jati diri perempuan Indonesia.
Tabik Pun 🙏